Selasa, 24 Juli 2018

Apakah Doaku Menembus Langit?

Pagi ini aku terbangun. Masih pukul setengah empat. Ada oatmeal instan, namun aku memilih untuk meneguk segelas air putih saja. Aku membuka telepon seluler, kulihat dua jam yang lalu ia telah melihat status whatsapp ku. Jujur, kubuat status itu hanya untuk menarik perhatianmu, namun tampaknya kau tidak tertarik. Aku rindu padamu, tapi aku tidak ingin merindukan orang yang salah. Permasalahannya adalah aku tidak tahu apakah kau pantas untuk kurindukan? Ah, sudahlah. Mari kita tidur dan niatkan ibadah ini.

Teleponku berdering, ah sudah pukul lima. Setelah aku melaksanakan salat subuh, aku masih merindukannya. Lalu kuberdoa, tetapi aku tak mampu mewujudkan perasaanku ke dalam kata-kata. Aku hanya membayangkan wajahnya sembari kumeminta pada Sang Pencipta untuk memberikan kami yang terbaik. Aku memohon petunjuk-Nya, aku tak ingin merindukan orang yang salah. Tuhan, Engkau Maha Tahu apa yang kurasakan di dalam hatiku. Kututup doaku.

Aku sangat mengantuk, aku kembali tidur. Aku tau ini bukanlah kebiasaan yang baik, tapi sulit untuk kutinggalkan. Sebelum kupejamkan mata, kulihat lagi teleponku. Seperti biasa, dia yang menyukai seni bela diri Muaythai.

"Nurma, seseorang telah memberimu cincin ini," ucap ibu. Aku terdiam, yang benar saja, aku baru menginjak 19 tahun. Cincin itu indah berwarna putih dengan hati dan permata di tengahnya. Ibu berkata bahwa dialah orang yang telah menitipkan cincin itu. Aku tidak tahu, haruskah aku bahagia? Akan tetapi, cincin itu tetap kupakai di jari manis kiriku. Kemudian ibu berkata lagi,"Sebentar lagi dia dan ayahnya akan berkunjung ke rumah." Yang benar saja, ini terlalu cepat bagiku. Aku masih harus menyelesaikan kuliahku yang sebentar lagi insyaallah akan memasuki semester kelima. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku masih sangat belum siap.

Tak lama kemudian, kulihat dua orang di depan pintu. Orang tuaku membukakan pintu, namun aku bergegas ke kamar. Aku suka padanya, tapi ini terlalu cepat bagiku. Aku enggan keluar kamar sambil menutupi wajahku. Aku masih belum siap, aku masih belum pantas. Lelaki itu berkata,"Kenapa kaututupi wajahmu?". Aku hanya terdiam dan masih menutupi wajahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar