Hari itu
adalah untuk pertama kalinya aku bertemu orang tersebut di sekolah baruku, aku
tidak tahu siapa namanya. Ia bersama ayahnya, memakai kaos merah, ayahnya
kemeja biru berdasi biru tua. Oh, pastinya dia pendaftar juga…
Hari itu,
seperti biasa. Saat memulai tahun ajaran baru, diluar jam sekolah, ada
pelajaran tambahan. Aku tak menyangka, ternyata orang yang kutemui itu juga
belajar di tempat ini.
Ucapnya,”Siapa
namamu?”
Jawabku,”Bintang”
“Sekolah di
mana?”
“SMA BINA
BANGSA”
“Iya?! Kok
belum pernah ketemu ya? Kelas berapa?”
“MIPA 3”
“Oh…”
Dan aku pun
masih mengingatnya, hari itu Selasa, 01-10-2013, sekitar pukul 16:30.
Waktu-waktu yang tak terlupakan bagiku. Orang itu selalu membuatku berdebar,
saat dia mengajariku, aku tak mengerti, karena aku tak bisa tenang. Dan orang
itu tidak tahu, bahkan sampai tanganku gemetar memegang buku. Dia bercerita
tentang kelas barunya dan guru matematikanya itu, yang juga guruku, aku hanya
tersenyum, entah mengapa aku tak tahu apa yang harus kukatakan.
Demikianlah
waktu itu berlalu, hingga orang tersebut berkata,”Kita baru aja kenal, tapi
udah kayak temen deket”.
“Oh… gitu
ya…”, jawabku.
Entah mengapa
semakin lama aku semakin suka dengan orang tersebut. Sampai disuatu hari teman
sekelasku curhat denganku.
“Eh… aku lagi
suka sama anak sebelah…”
“Cie cie…
siapa tu…”
“itu loh… si
Fathur… Ini untuk pertama kalinya ada anak alim yang bikin aku suka kayak gini”
“masa sih?”
“Iya”
Begitu aku
tahu namanya, ternyata temanku ini suka dengan orang yang juga aku sukai. Tapi,
tak apalah. Apa salahnya. Sama-sama suka. Toh orang itu juga bukan milikku.
Tak
sedikitpun terbesit dipikiranku untuk (istilahnya) pdkt dengan lelaki itu,
karena di dekatnya saja rasanya ingin pingsan… payah… bahkan bisa melihat dari
kejauhan, itu sudah luar biasa bahagianya.
Waktu terus
berlalu. Temanku ini ternyata semakin suka dengan orang itu, hingga ia
memintaku untuk membuatkan puisi tentang isi hatinya terhadap lelaki itu. Dan
apa yang harus kulakukan? Menolaknyakah? Teman sebangku yang juga sahabatku
berkata,”kamu kan juga suka sama dia…”. Tapi, akhirnya aku memilih untuk
membuatkannya puisi. Entah… Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan dari puisi itu.
Kemudian aku
bercerita dengan temanku itu, bahwa lelaki itu menyukai warna merah, coklat
putih, omlet.
Dia bertanya,”tahu
dari mana?”
“Dia teman belajarku”
Dia selalu
bercerita tentang hubungannya dengan lelaki itu. Aku hanya terdiam dan
mendengar. Aku tak berharap apa-apa dan tak jarang aku berdo’a agar naik kelas
nanti bisa sekelas dengannya.
Hari itu aku
dapat tiket seminar pendidikan. Lalu aku pergi bersama teman yang kebetulan
sekelas dengan lelaki itu. Aku tak menyangka, ternyata lelaki itu bahkan
panitianya!!. Dan aku tak menyangka ada guru sejarahku yang juga menghadiri
acara tersebut. Dan aku tak menyangka narasumbernya adalah ayah lelaki
tersebut. Dan luar biasa aku tak menyangka saat acara tersebut usai, aku dapat
berbincang dengan ayahnya. Betapa bahagianya aku, bukan karena aku dapat
berbicara dengan ayah dari seorang lelaki yang aku sukai, tapi karena aku dapat
bertanya tentang apa yang aku tidak tahu kepada bapak tersebut.
Hari-hari
begitu menyenangkan ^_^.
Saat itu
kenaikan kelas, aku si pemalas karena tahu bahwa hari itu masih belum efektif,
maka aku memutuskan untuk tidak sekolah.
Keesokan
harinya teman sebangkuku berkata,”Bintang!! Udah bagi kelas!!!”
“Iya?! Aku
kelas berapa?”
“MIPA 4… sama
Fathur loh…”
“Hah!!! Masa
iya?!”
“Iya!”
“Kamu kelas
mana?”
“MIPA 2”
“Yah… kita
gak sekelas…”
“Iya… cie-cie
yang sekelas”
Aku tak
menyangka bahwa do’aku terkabul, aku sekelas dengannya. Karena aku baru masuk,
aku duduknya di belakang, dan aku memilih berada di belakang teman yang
terbilang dekat denganku saat kelas X. Dan ternyata aku sebangku dengan
laki-laki… -__- heeh… untuk pertama kalinya selama sekolah dari TK-SMA duduk
dengan laki-laki :3…
Di kelas itu
aku tak melihatnya, dan aku teringat, dia sibuk dengan MOS PSB. Hari
selanjutnya dia masuk, dan ternyata dia memilih tempat duduk yang tak kusangka
sama sekali. Tepat di belakangku!!!
Aku bergumam
dalam hati,”Bagaimana ini… belajar di tempat les aja deg-degan terus… dapatnya
malah gak ngerti… Apalagi sekelas... di belakang lagi duduknya… Ok, positive
thinking… kan aku yang berdo’a biar sekelas, jalanin aja bro…”
Meskipun aku
suka, bahkan untuk ngeliat matanya aku gak berani, bisa deg-degan luar biasa
ini. Dan disuatu hari dia pernah bertanya.
“Bintang,
pernah suka sama orang?”
“Pernahlah…”,
jawabku. Di dalam hati aku berkata,”aku suka sama kamu… aduh… cepetan dong
ngomongnya, jangan kelamaan, nanti makin kelamaan gemeterannya…”
“Siapa?”
Aku bingung
mau jawab apa, lalu kujawab,”Zayn!”
“Maksud aku
di sekolah ini…”
“Memangnya
mesti tahu ya…”, jawabku mengelak.
Sampai suatu
hari lelaki itu curhat kalau dia suka sama adik kelas yang merupakan adik kelasku
waktu SMP. Mau dikata apa… perasaan gak bisa dipaksain… mau gimana lagi… ya
udahlah dengerin aja… dengan hati yang bisa dikatakan sedih… orang yang aku
suka cerita sama aku dia suka sama orang lain… dan dulunya aku pernah buatin
puisi tentang perasaan temen aku yang juga suka sama dia… Ok gak papa… aku
yakin akan ada jalan terindah.
Tak lama
kemudian, lelaki itu pergi studi ke luar kota, Yogyakarta. Saat itu tugas
Bahasa Indonesia tentang membuat cerpen. Hingga saat ini lelaki itu tidak tahu
bahwa aku membuat cerpen tentang ceritaku selama ini saat menyukainya. Aku
bersyukur, saat itu dia ke Yogya… dan saat dia di Yogya, cerpen itu ditampilin
ke depan kelas untuk ambil nilai kelompok. Aku bahagia, setidaknya aku telah
curhat secara tidak langsung ke teman-teman sekelas, meskipun mereka tidak tahu
kalau aku lagi curhat.
Temanku
berkata,”Ceritanya bagus. Bagus banget… terinspirasi dari mana?”
“dari cerita
aku…”
“yakin Bi?”
“Iya…”
“Ih… cerita
dong benerannya…”
“Rahasia dong…”
“Ceritalah…”
Akhirnya kuceritakan
pada temanku bahwa aku menyukai orang yang duduk tepat dibelakangku. Temanku
sungguh tak menyangka.
“Kamu suka dia
Bi?!!”
“Iya…”
“Tapi kamu
keliatannya biasa biasa aja…”
“Gak tau
kenapa kalau aku suka sama orang, justru aku jauhin orangnya…”
“Oh… gitu…”
Hari-hari
kulalui dengan sikap yang sangat biasa pada lelaki itu, bahkan disaat dia
berbicara, seolah aku tak mementingkannya, ini semua agar perasaanku tak
menjadi-jadi. Sampai disuatu hari lelaki itu bertanya kembali.
“Bintang ada
suka gak sama orang di sekolah ini?”
“Ada…”
“Tapi
kayaknya Bintang gak ada tuh pdkt sama seseorang…”
“Itulah
anehnya aku… dengan orang yang aku sukai justru aku menjauh, dengan orang yang
aku tidak punya perasaan apa-apa, justru aku tak menjauh…”
Selama aku
sekelas dengan lelaki itu, aku mulai mengenalnya. Entah mengapa rasa sukaku
padanya kian memudar. Mungkin karena ku tahu bahwa dia menyukai orang lain. Di
sisi lain, hal yang paling aku tak suka adalah saat dia mengatakan aku sedang
dekat dengan anak MIPA 3 yang gendut berkacamata tebal itu dan itu sangat
menyebalkan, bahkan faktanya aku pun sangat-sangat jarang berbicara dengan
orang aneh itu. Dan paling menyebalkan dari lelaki yang aku suka itu adalah
saat dia mengatakan bahwa aku berpacaran dengan adik kelas rekan lombaku, hanya
karena dia melihat status pengiriman melalui Bluetooth, padahal itu aku gunakan
untuk mengirim foto-foto saat pra perlombaan dan pasca perlombaan…
Bagaimana
tidak menyebalkan… orang yang aku sukai mengatakan bahwa aku berpacaran dengan
adik kelas dan berkata padaku bahwa aku sedang pdkt dengan lelaki aneh itu…
sungguh sangat menyebalkan! >__< …
Tapi hal
menarik yang ku ingat dari lelaki yang aku sukai itu adalah
“Umi aku
bilang yang penting itu akhiratnya yang berhasil… Karena kalau akhiratnya
berhasil, InshaAllah dunianya juga bagus…”
Aku senang
bisa mengenal lelaki yang aku sukai itu, jujur, aku banyak belajar agama dari
dia, seperti Al Ma’tsurah, walaupun orangnya nyebelin… tapi selalu bikin adem…
Dan sekarang
dia udah kayak ikan salmon… berpindah ke lain tempat dan beradaptasi lagi…
Meskipun dia tak lagi bersamaku, bayang - bayangnya dan kebaikan - kebaikan yang diberikan padaku akan selalu menjadi bintang yang menyinari hari - hariku.