Rabu, 20 Januari 2016

Bintang

Hari itu adalah untuk pertama kalinya aku bertemu orang tersebut di sekolah baruku, aku tidak tahu siapa namanya. Ia bersama ayahnya, memakai kaos merah, ayahnya kemeja biru berdasi biru tua. Oh, pastinya dia pendaftar juga…
Hari itu, seperti biasa. Saat memulai tahun ajaran baru, diluar jam sekolah, ada pelajaran tambahan. Aku tak menyangka, ternyata orang yang kutemui itu juga belajar di tempat ini.
Ucapnya,”Siapa namamu?”
Jawabku,”Bintang”
“Sekolah di mana?”
“SMA BINA BANGSA”
“Iya?! Kok belum pernah ketemu ya? Kelas berapa?”
“MIPA 3”
“Oh…”
Dan aku pun masih mengingatnya, hari itu Selasa, 01-10-2013, sekitar pukul 16:30. Waktu-waktu yang tak terlupakan bagiku. Orang itu selalu membuatku berdebar, saat dia mengajariku, aku tak mengerti, karena aku tak bisa tenang. Dan orang itu tidak tahu, bahkan sampai tanganku gemetar memegang buku. Dia bercerita tentang kelas barunya dan guru matematikanya itu, yang juga guruku, aku hanya tersenyum, entah mengapa aku tak tahu apa yang harus kukatakan.
Demikianlah waktu itu berlalu, hingga orang tersebut berkata,”Kita baru aja kenal, tapi udah kayak temen deket”.
“Oh… gitu ya…”, jawabku.
Entah mengapa semakin lama aku semakin suka dengan orang tersebut. Sampai disuatu hari teman sekelasku curhat denganku.
“Eh… aku lagi suka sama anak sebelah…”
“Cie cie… siapa tu…”
“itu loh… si Fathur… Ini untuk pertama kalinya ada anak alim yang bikin aku suka kayak gini”
“masa sih?”
“Iya”
Begitu aku tahu namanya, ternyata temanku ini suka dengan orang yang juga aku sukai. Tapi, tak apalah. Apa salahnya. Sama-sama suka. Toh orang itu juga bukan milikku.
Tak sedikitpun terbesit dipikiranku untuk (istilahnya) pdkt dengan lelaki itu, karena di dekatnya saja rasanya ingin pingsan… payah… bahkan bisa melihat dari kejauhan, itu sudah luar biasa bahagianya.
Waktu terus berlalu. Temanku ini ternyata semakin suka dengan orang itu, hingga ia memintaku untuk membuatkan puisi tentang isi hatinya terhadap lelaki itu. Dan apa yang harus kulakukan? Menolaknyakah? Teman sebangku yang juga sahabatku berkata,”kamu kan juga suka sama dia…”. Tapi, akhirnya aku memilih untuk membuatkannya puisi. Entah… Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan dari puisi itu.
Kemudian aku bercerita dengan temanku itu, bahwa lelaki itu menyukai warna merah, coklat putih, omlet.
Dia bertanya,”tahu dari mana?”
 “Dia teman belajarku”
Dia selalu bercerita tentang hubungannya dengan lelaki itu. Aku hanya terdiam dan mendengar. Aku tak berharap apa-apa dan tak jarang aku berdo’a agar naik kelas nanti bisa sekelas dengannya.
Hari itu aku dapat tiket seminar pendidikan. Lalu aku pergi bersama teman yang kebetulan sekelas dengan lelaki itu. Aku tak menyangka, ternyata lelaki itu bahkan panitianya!!. Dan aku tak menyangka ada guru sejarahku yang juga menghadiri acara tersebut. Dan aku tak menyangka narasumbernya adalah ayah lelaki tersebut. Dan luar biasa aku tak menyangka saat acara tersebut usai, aku dapat berbincang dengan ayahnya. Betapa bahagianya aku, bukan karena aku dapat berbicara dengan ayah dari seorang lelaki yang aku sukai, tapi karena aku dapat bertanya tentang apa yang aku tidak tahu kepada bapak tersebut.
Hari-hari begitu menyenangkan ^_^.
Saat itu kenaikan kelas, aku si pemalas karena tahu bahwa hari itu masih belum efektif, maka aku memutuskan untuk tidak sekolah.
Keesokan harinya teman sebangkuku berkata,”Bintang!! Udah bagi kelas!!!”
“Iya?! Aku kelas berapa?”
“MIPA 4… sama Fathur loh…”
“Hah!!! Masa iya?!”
“Iya!”
“Kamu kelas mana?”
“MIPA 2”
“Yah… kita gak sekelas…”
“Iya… cie-cie yang sekelas”
Aku tak menyangka bahwa do’aku terkabul, aku sekelas dengannya. Karena aku baru masuk, aku duduknya di belakang, dan aku memilih berada di belakang teman yang terbilang dekat denganku saat kelas X. Dan ternyata aku sebangku dengan laki-laki… -__- heeh… untuk pertama kalinya selama sekolah dari TK-SMA duduk dengan laki-laki :3…
Di kelas itu aku tak melihatnya, dan aku teringat, dia sibuk dengan MOS PSB. Hari selanjutnya dia masuk, dan ternyata dia memilih tempat duduk yang tak kusangka sama sekali. Tepat di belakangku!!!
Aku bergumam dalam hati,”Bagaimana ini… belajar di tempat les aja deg-degan terus… dapatnya malah gak ngerti… Apalagi sekelas... di belakang lagi duduknya… Ok, positive thinking… kan aku yang berdo’a biar sekelas, jalanin aja bro…”
Meskipun aku suka, bahkan untuk ngeliat matanya aku gak berani, bisa deg-degan luar biasa ini. Dan disuatu hari dia pernah bertanya.
“Bintang, pernah suka sama orang?”
“Pernahlah…”, jawabku. Di dalam hati aku berkata,”aku suka sama kamu… aduh… cepetan dong ngomongnya, jangan kelamaan, nanti makin kelamaan gemeterannya…”
“Siapa?”
Aku bingung mau jawab apa, lalu kujawab,”Zayn!”
“Maksud aku di sekolah ini…”
“Memangnya mesti tahu ya…”, jawabku mengelak.
Sampai suatu hari lelaki itu curhat kalau dia suka sama adik kelas yang merupakan adik kelasku waktu SMP. Mau dikata apa… perasaan gak bisa dipaksain… mau gimana lagi… ya udahlah dengerin aja… dengan hati yang bisa dikatakan sedih… orang yang aku suka cerita sama aku dia suka sama orang lain… dan dulunya aku pernah buatin puisi tentang perasaan temen aku yang juga suka sama dia… Ok gak papa… aku yakin akan ada jalan terindah.
Tak lama kemudian, lelaki itu pergi studi ke luar kota, Yogyakarta. Saat itu tugas Bahasa Indonesia tentang membuat cerpen. Hingga saat ini lelaki itu tidak tahu bahwa aku membuat cerpen tentang ceritaku selama ini saat menyukainya. Aku bersyukur, saat itu dia ke Yogya… dan saat dia di Yogya, cerpen itu ditampilin ke depan kelas untuk ambil nilai kelompok. Aku bahagia, setidaknya aku telah curhat secara tidak langsung ke teman-teman sekelas, meskipun mereka tidak tahu kalau aku lagi curhat.
Temanku berkata,”Ceritanya bagus. Bagus banget… terinspirasi dari mana?”
“dari cerita aku…”
“yakin Bi?”
“Iya…”
“Ih… cerita dong benerannya…”
“Rahasia dong…”
“Ceritalah…”
Akhirnya kuceritakan pada temanku bahwa aku menyukai orang yang duduk tepat dibelakangku. Temanku sungguh tak menyangka.
“Kamu suka dia Bi?!!”
“Iya…”
“Tapi kamu keliatannya biasa biasa aja…”
“Gak tau kenapa kalau aku suka sama orang, justru aku jauhin orangnya…”
“Oh… gitu…”
Hari-hari kulalui dengan sikap yang sangat biasa pada lelaki itu, bahkan disaat dia berbicara, seolah aku tak mementingkannya, ini semua agar perasaanku tak menjadi-jadi. Sampai disuatu hari lelaki itu bertanya kembali.
“Bintang ada suka gak sama orang di sekolah ini?”
“Ada…”
“Tapi kayaknya Bintang gak ada tuh pdkt sama seseorang…”
“Itulah anehnya aku… dengan orang yang aku sukai justru aku menjauh, dengan orang yang aku tidak punya perasaan apa-apa, justru aku tak menjauh…”
Selama aku sekelas dengan lelaki itu, aku mulai mengenalnya. Entah mengapa rasa sukaku padanya kian memudar. Mungkin karena ku tahu bahwa dia menyukai orang lain. Di sisi lain, hal yang paling aku tak suka adalah saat dia mengatakan aku sedang dekat dengan anak MIPA 3 yang gendut berkacamata tebal itu dan itu sangat menyebalkan, bahkan faktanya aku pun sangat-sangat jarang berbicara dengan orang aneh itu. Dan paling menyebalkan dari lelaki yang aku suka itu adalah saat dia mengatakan bahwa aku berpacaran dengan adik kelas rekan lombaku, hanya karena dia melihat status pengiriman melalui Bluetooth, padahal itu aku gunakan untuk mengirim foto-foto saat pra perlombaan dan pasca perlombaan…
Bagaimana tidak menyebalkan… orang yang aku sukai mengatakan bahwa aku berpacaran dengan adik kelas dan berkata padaku bahwa aku sedang pdkt dengan lelaki aneh itu… sungguh sangat menyebalkan! >__< …
Tapi hal menarik yang ku ingat dari lelaki yang aku sukai itu adalah
“Umi aku bilang yang penting itu akhiratnya yang berhasil… Karena kalau akhiratnya berhasil, InshaAllah dunianya juga bagus…”
Aku senang bisa mengenal lelaki yang aku sukai itu, jujur, aku banyak belajar agama dari dia, seperti Al Ma’tsurah, walaupun orangnya nyebelin… tapi selalu bikin adem…
Dan sekarang dia udah kayak ikan salmon… berpindah ke lain tempat dan beradaptasi lagi…

Meskipun dia tak lagi bersamaku, bayang - bayangnya dan kebaikan - kebaikan yang diberikan padaku akan selalu menjadi bintang yang menyinari hari - hariku.